Selasa, 05 Oktober 2010 | By: Togetherness

Can't Leaving You

“Kalau kamu benar-benar sayang aku, kuberikan kamu waktu 4 bulan sampai awal bulan November nanti. Selama itu, kamu gak boleh berkomunikasi dengan aku, melihat fotoku, dan mencari tau segala tentang aku. Selama 4 bulan, gimana?”
Jgerr.. suara petir bergemuruh dalam hati Oscar. Bagaimana tidak? Reisha, cewek yang selama ini ia sukai malah memberikan sebuah tantangan konyol untuknya, disaat ia sudah benar-benar berani untuk mengungkapkan isi hatinya. Benar-benar aneh. Apa ini hanya cara halus untuk menolakku? Pikir Oscar.
“Kamu mau menolak aku?” Tanya Oscar, ingin mendapat kepastian.
“Bukan menolak, tapi aku hanya memberikan tantangan kecil buat kamu.” Jawab Reisha santai, seakan tak ada beban.
“Tapi, menunggu selama 4 bulan itu bukan waktu yang sebentar, Rei! Apa alasanmu untuk itu?” balas Oscar masih tidak terima.
“Tak perlu alasan yang tepat. Kamu benar-benar sayang sama aku, kan?” balas Reisha lagi, seraya memberikan tatapan mata malaikat terbaiknya.
“Ya, tentu saja.”
“Kalau begitu, lakukanlah! 4 bulan bukanlah waktu yang lama jika kamu benar-benar manjalaninya. Aku gak bakal jalan sama cowok lain, aku berjanji.” Reisha memberi jeda sebentar. “Dan jika kamu gak bisa menunggu, kamu bisa mencari cewek lain.” Lanjutnya.
Oscar benar-benar semakin kaget dan tak mengerti akan jawaban dari Reisha. Tapi, dia benar-benar menyayangi cewek satu ini. Mungkin saja ia akan sanggup untuk menunggunya. Tapi apa alasannya? Kenapa tidak katakan saja? Oscar memberi jeda sebentar untuk berpikir.
“Baiklah, hanya selama 4 bulan. Aku akan menunggu kamu, asalkan kamu berjanji tidak jalan sama cowok lain. Aku benar-benar sayang kamu.” Putus Oscar.
“Ya, tenang saja.” Balas Reisha singkat, dan sesingkat itu pula waktu mereka berbicara. Dan kini hanya waktulah yang akan katakan bagaimana masa ke depan nanti.
*
Sejak saat itu, Oscar terus menunggu dan menunggu. Baru saja 2 bulan dari waktu yang dijanjikan. Tapi keinginan untuk bertemu Reisha begitu besarnya. Cewek itu masih berdarah Cina, sama dengan diri Oscar. Namun, darah keturunan Belanda masih kental mengalir dalam dirinya. Mereka bertemu pada hari ulangtahun adiknya. Reisha manis, baik dan menyenangkan. Tidak pernah ada cewek yang benar-benar bisa mengikat hatinya seperti ini.
Namun, Oscar benar-benar menepati janjinya. Di tengah rindu yang semakin hebat ini saja, Oscar menahan diri untuk tidak memandangi foto Reisha, apalagi memaksa untuk bertemu. Namun, perasaan alami sebagai seorang manusia yang dapat merasakan jatuh cinta dan rindu, tetap saja tak bisa ia sangkal. Ia benar-benar merindukan Reisha, suaranya, wajahnya yang cantik bahkan masih belum bisa ia lupakan. Ia benar-benar jatuh cinta
“Aahhh.. kangen!” jeritnya dalam kamarnya. Merasa tidak ada siapa-siapa. Namun, suara seseorang mengagetkannya.
“Koo! jangan teriak-teriak gitu, kangen boleh aja, asal jangan sampe merusak mental!” seorang cewek berperawakan mungil dan imut memasuki kamar Oscar. Dia adalah Olivia, adik semata wayang Oscar sekaligus sahabat karib Reisha.
“Gimana koko gak cacat mental. Koko kangen betul sama Rei! Kamu kan temennya Liv, masa kamu gak mau bagi-bagi cerita tentang Rei ke aku?” Pinta Oscar agak memohon.
“Gak bisa! Lagian aku sudah janji ke Rei gak bakal cerita apapun tentang dia ke koko. Lagipula, baru 2 bulan. Koko harus bisa jalanin sampai habis dong!” protes adiknya.
“Iya lah, me.” Balas Oscar, sambil memandang sebuah obyek dihadapnya.
“I trust u can, ko!” Olivia menyemangati. Sesaat kemudian handphone-nya berdering, 1 sms masuk.
“Dari siapa, me?” Tanya Oscar.’
“Dari Reisha, dia ngingetin aku untuk jalan bareng hari ini, hihi.” Olivia pamer terhadap kakaknya
.“Jalan kemana?” Oscar ingin tau.
“Rahasia dong!” Balas Olivia berjalan keluar kamar kakaknya seraya tertawa cekikikan.
“Ahhh.. curang!” protes iri Oscar. Namun, adiknya tetap berlalu.
*
Di sisi lain kota.
Terlihat 2 orang cewek cantik sedang berjalan-jalan di sekitar mal Citra Square, suasana persahabatan terasa kental antara mereka. Nonton bioskop bareng, makan es krim di café yang baru dibuka, bahkan window shopping bersama, sesekali mereka mencoba dan membeli barang yang benar-benar menarik perhatian mereka. Kedua cewek itu berparas oriental, salah satu dari mereka bertubuh mungil dan imut lainnya tinggi dan terlihat lebih ‘indo’. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Olivia dan Reisha.
“Rei, gimana dress-nya, lucu gak?” Olivia mencari tau pendapat Rei dengan mengenakan dress putih beraksen pita yang akan dibelinya di sebuah butik mini.
“Cantik, cocok sama kamu, Liv!” Komentar Rei sambil tersenyum. Olivia pun tertawa dan membayar bajunya. Sesudahnya dari butik, mereka berjalan bareng ke sebuah café kecil disana.
“So, kenapa kamu ngasih tantangan gitu ke Oscar, Rei?” Tanya Olivia sambil menyendokkan es krim matcha kesukaannya.
“Gak apa-apa kok, Liv.” Balas Reisha singkat.
“Tapi, 4 bulan bukan waktu yang sebentar?” protes Olivia, sama dengan kakaknya.
“Iya, aku tau.”
“Lalu, apa alasanmu memberi tantangan seperti itu?” Olivia ingin tau.
“Susah dijelaskan, nanti kamu juga akan tau.”
“Kamu suka Oscar?”
“Tak perlu ditanya lagi.” Reisha menyudahi obrolannya, lalu keduanya-pun tak berbicara apapun lagi. Tak tau topik apa lagi yang harus diucapkan. Keduanya sibuk dalam diam.
Tiba-tiba, Reisha merasakan sakit kepala yang amat sangat menyakitkan, membuat wajahnya terlihat pucat, dan keringat dingin mulai bercucuran. Ia merintih, tubuhnya mulai limbung di tempat.
“Rei, kamu kenapa?” Olivia panik. Namun, Reisha tak menjawab. “Rei, kamu kenapa sih? Jangan pingsan disini, Rei!” Olivia semakin panik. Tapi, Reisha masih belum dapat menjawab, kepalanya bagai dihantam palu godam akhir-akhir ini. Semua terasa berputar pada tempatnya. Dan tanpa ia sadari, pandangannya kini t’lah berubah menjadi putih yang menyilaukan, lalu gelap.
*
Oscar panik sekali. Tadi sore adiknya mengatakan bahwa Reisha pingsan sampai harus dibawa ke rumah sakit segala. Oscar takut, dia khawatir akan keadaan orang yang dicintainya itu. Ia pun bergegas berganti baju dan mengendarai mobilnya, waktu berjalan amat sangat lambat sekali, bahkan di kecepatan 80km/jam itu, Oscar merasa masih harus lebih cepat lagi.
Ia tak perduli dengan perjanjian akan tantangan konyol itu. Memang baru setengah waktu ia jalani untuk tak bertemu dengan gadis itu, tapi dengan keadaan seperti ini. Janji itu sudah hampir tak dihiraukannya lagi. Yang penting baginya saat ini adalah menemui Reisha dan mengetahui bahwa gadis itu akan baik-baik saja. Oscar sampai pada parkiran rumah sakit. Seperti orang gila, ia berlari menuju ruangan tempat Reisha dirawat. Ia mendobrak pintunya begitu saja. Mengagetkan Reisha dan Olivia yang berada disana. Reisha terlihat lemah sekali.
“Reisha! Kamu gak apa-apa kan?” Tanya Oscar panik, menatap Reisha yang berbaring ditempat tidur. Rei pun mengubah posisinya, ia duduk lebih tegak.
“Aku baik-baik aja, ko. Gak usah berlebihan begitu.” Balas Reisha. Ia pun memberikan tatapannya kepada Olivia, meminta cewek itu bisa membiarkan ia berdua dengan kakaknya. Olivia mengerti. “Aku keluar sebentar, ya? Cari makan.” Sahut Olivia, dan ia pun meninggalkan ruangan itu. Dan sekarang, hanya tersisa Oscar dan Rei di dalamnya.
“Untuk apa ada disini?” ucap Rei, dingin. Namun, Oscar tak menjawab, malah memindahkan tubuhnya sehingga kini ia berdiri di samping Reisha.
“Waktu 4 bulan itu belum berakhir.” Lanjut Reisha.
“Aku tau, aku hanya menghawatirkanmu.” Balas Oscar.
“Tak ada yang perlu kau khawatirkan, aku baik-baik saja.” Sahut Rei tenang, namun lagi-lagi ia merasakannya. Kepalanya mulai sakit lagi, amat sangat sakit. Reisha merintih, bahkan berteriak. Kekhawatiran Oscar semakin memuncak. Dan pandangan Rei mulai terasa gelap, ia terjatuh tepat saat Oscar menangkap tubuhnya dan menahan kepalanya, Oscar berteriak memanggil para suster. Dan kala ia melepaskan tangannya dari kepala gadis itu untuk membaringkannya. Betapa terkejutnya ia, rambut indah Rei yang panjang dan tebal itu, rontok sangat banyak ke telapak tangan Oscar. Kala itu, pikiran Oscar semakin terpikir dengan apa yang akan terjadi, sesuatu yang bahkan tak bisa ia bayangkan sebelumnya.
*
KANKER OTAK
Penyakit itulah yang membuat seorang Reisha kini berbaring lemah didalam ruangan rumah sakit ini. Oscar semakin tak percaya dengan kenyataan yang ada, mengapa gadis seperti Reisha bisa terkena penyakit seperti ini? Hidup terasa seperti dalam sinetron. Sudah lebih 3 minggu Reisha dirawat dirumah sakit. Oscar selalu setia datang menjenguk tiap hari untuk orang yang dikasihinya itu. Sakit kepalanya masih sering kambuh, dan para suster selalu bolak balik untuk menyuntikkan cairan (semacam obat penahan rasa sakit), kepada Reisha. Oscar tak tahan untuk menyaksikannya. Tetapi, bagaimanapun keadaan Reisha sekarang, dia tetap satu-satunya di hati Oscar. ‘Tuhan, tolong sembuhkanlah dia!’ pinta Oscar dalam hati.
*
Oscar memandang tak percaya pada sosok dihadapnya, yang sekarang terlihat begitu lemahnya. Reisha pun terbangun dari tidurnya dan mendapatkan Oscar disebelahnya.
“Kau tak perlu susah-susah menjengukku.” Sahut Reisha dingin.
“Aku selalu menghawatirkanmu, Rei!”
“Tak perlu!” balas Rei sengit.
“Aku sayang kamu, Rei!”
“Tinggalkanlah aku. Carilah yang lain. Bukankah aku sudah bilang, jika kau tak bisa menunggu, kau boleh mencari yang lain. Aku buat perjanjian itu, agar kau bosan menungguku dan pergi.” Rei berkata panjang lebar,
“Perjanjian itu sudah tak berarti bagiku.” Oscar berkata mantap.
“Bahkan setelah keadaanku seperti ini. Tubuhku akan sangat melemah. Bahkan rambutku ini akan merontok hingga habis. Kau jangan bercanda, tak ada harapan lagi untuk hidupku.” Reisha berteriak dihadapan Oscar. Matanya mulai berkaca-kaca. Hatinya sebenarnya sakit, namun ia menahannya.
“Aku tak perduli! Walaupun perjanjian itu tak ada, aku tetap menunggumu!” balas Oscar, meyakinkan pada Reisha. “Jangan bercanda.” Nada Rei mulai melemah.
“Aku gak bercanda, Rei! Karna orang itu kamu, aku akan tetap setia, bagaimanapun keadaannya, aku takkan meninggalkanmu. Karna aku menyayangimu.” Oscar berkata dengan tegas. Hati Reisha tertohok mendengarnya. Ia pun mulai terisak lagi, tak percaya ada orang yang benar-benar mencintai dirinya sebegitu dalamnya, bahkan pada saat tak ada harapan lagi untuknya. Reisha berusaha menahan tangisnya dihadapan Oscar. Namun, tak disangkanya Oscar memeluknya, Reisha membiarkannya.
“Menangislah, tak usah lagi kau mentegarkan diri seperti itu. Ada aku disini.” Dan Reisha pun benar-benar menangis.
“Aku sayang kamu, Oscar! Tetaplah disampingku.” pinta Reisha.
Dan setelah itu pun. Cinta Reisha dan Oscar mulai bersemi sebagaimana mestinya. Oscar menyayangi Reisha setulus hatinya, begitupun dengan gadis itu. Ia tidak ingin Oscar pergi meninggalkannya. Keduanya tetap berjalan menggandeng tangan, walau mereka tau, halangan didepan mereka tidaklah semudah seperti apa yang mereka pikirkan. Namun, mereka yakin, keajaiban selalu ada, tuhan selalu adil. Semangat hidup Reisha perlahan mulai meningkat. Namun, hanya waktu yang dapat menjawab apa yang akan terjadi. Manusia hanya bisa menerimanya.
*
2 BULAN KEMUDIAN..

Bau tanah yang basah masih jelas tercium, bunga segar tertabur diatasnya. Mengakhiri pemakaman seorang Reisha. Gadis itu terpaksa harus dioperasi karna keadaannya sudah tak memungkinkan lagi. Namun, manusia tak bisa selalu mendapat apa yang diinginkannya. Termasuk menahan takdir. Oscar menerimanya dengan lapang dada.
Ia terima, jika memang harus kehilangan orang yang dicintainya. Otakknya semakin mengulang jelas memori akan dia dan Reisha. Pandangannya kabur, matanya berkaca-kaca walau sekuat apapun ia menahan. Ternyata rasanya sakit sekali kala kita harus melepaskan orang yang dicintai. Ia masih tak percaya ini terjadi, ia masih berasa ada di dalam cerita sinetron. Tapi, ini bukanlah cerita sinetron. Ini nyata, dan Oscar mengalaminya dan harus menerimanya, walau sekuat apapun ia menyangkal. Satu yang pasti. Reisha t’lah tiada dan takkan kembali. Mungkin, gadis itu tak pernah merasa banyak kebahagiaan dalam hidupnya. Namun, Oscar yakin, ia adalah kebahagiaan untuk gadis itu di akhir hidupnya. Dan pada saatnya, Reisha menjadi salah satu bagian dari langit. Ia pasti akan menunduk kebawah, kedunia tempatnya sebelumnya, dan tersenyum pada Oscar dari atas sana. Oscar percaya itu. Karna, ia tau, gadis itu juga mencintainya, sama seperti cinta Oscar kepadanya. Oscarpun mendongakkan kepalanya, memandang langit. Iapun tersenyum. Bukan kepada langit, tapi kepada Reisha. Cinta terindahnya.

0 komentar:

Posting Komentar

komentari boz