Senin, 24 Mei 2010 | By: Togetherness

Butir Kebijakan Mahatma Gandhi


Be Congruent, be Authentic, be Your True Self. 

"Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony." - Keselarasan antara apa yang kaupikirkan, apa yang kauucapkan dan apa yang kaulakukan - itulah kebahagiaan.

"Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well." - Jadikanlah keselarasan antara pikiran, ucapan, dan tindakan sebagai tujuanmu. Jadikanlah pemurnian pikiran sebagai tujuanmu - maka semuanya akan beres.

Keselarasan adalah Rumusan Utama untuk meraih Kebahagiaan dalam hidup ini. Para teroris boleh bersenang-senang, bahkan menikah dalam penjara untuk memastikan bahwa di surga sana dirinya tidak kesepian..... Tetapi, apakah mereka bahagia? Dan, bila mereka tidak bahagia di sini, maka di sana pun tak ada kebahagiaan bagi mereka.

Pernah saya baca dalam salah satu kitab suci: "Mereka yang di sini buta, di sana pun sama." Mereka yang buta terhadap kesengsaraan sesama manusia, berarti jiwa mereka memang telah buta. Mereka tidak lagi memiliki batin. Nurani mereka sudah mati.

Pikiran kita yang sempit telah merusak keselarasan itu. Sekarang, hidup kita terombang-ambing, dan kita bingung. Kita mencari solusi di luar sana, padahal solusinya ada di dalam sini. Solusinya adalah keselarasan diri. Mulailah dengan menyelaraskan pikiran, ucapan, dan tindakanmu.

Saya menambah satu lagi, yaitu "perasaan"-mu. Karena terbentuknya watak manusia sangat tergantung pada apa yang dirasakannya.

Bahkan, menurut saya "perasaan" berada pada urutan pertama dalam daftar pendek apa saja yang perlu kita awasi dan selaraskan. Perasaan, pikiran, ucapan, dan tindakan atau perbuatan - ketika semuanya itu selaras, maka dengan sendirinya kita menjadi selaras dengan semesta.

Gandhi mengajak kita untuk memperhatikan cara kita berkomunikasi, juga cara orang berkomunikasi. Mereka yang tidak selaras dengan hukum-hukum alam akan selalu berusaha untuk mengaburkan persoalan. Mereka tidak berani menghadapi kenyataan. Mereka tidak berani menyentuh substansi persoalan.

Dikritik, mereka tidak menerima. Perhatikan sepak terjang partai-partai politik yang menggunakan berbagai macam slogan dengan kata-kata besar, seolah mereka berpartai untuk mendengarkan aspirasi rakyat. Padahal, yang mereka maksud adalah "ambisi diri" bukan "aspirasi rakyat". Di kritik sedikit saja, wajah mereka memerah. Dan, bahasa yang mereka gunakan untuk menjawab kritikan sudah tidak sopan lagi. Tanpa menyentuh substansi dari kritikan itu sendiri.


10. Continue to Grow and Evolve.

"Constant development is the law of life, and a man who always tries to maintain his dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position." - Perkembangan terus-menerus itulah hukum alam. Seseorang yang ingin bertahan dengan dogma-dogma (lama) untuk menunjukkan konsistensi diri, sesungguhnya berada pada posisi yang salah.

Kenapa? Karena, perubahan adalah hukum alam. Namun, mereka yang fanatik terhadap dogma-dogma, dan tidak memahami nilai-nilai luhur di baliknya - terperangkap oleh ego mereka sendiri. Ego yang ingin membuktikan dirinya konsisten.

Konsistensi dianggap sebagai nilai luhur. Padahal, tidak demikian. Apa yang konsisten di dalam dunia ini? Apa yang konsisten di dalam diri kita. Setiap beberapa tahun, seluruh sel di dalam tubuh kita berubah total.

Dari saman ke zaman, ajaran-ajaran luhur pun perlu dimaknai kembali, dikontekstualkan. Kebiasaan-kebiasaan lama mesti diuji terus apakah masih relevan, masih sesuai dengan perkembangan zaman.

Ah, tapi kita malas. Kita tidak mau berijtihad, tidak mau berupaya. Terima saja apa yang disuapkan kepada kita. Padahal kitab-kitab suci pun melarang kita mengikuti seseorang secara membabi buta, walaupun orang itu rahib dan mengaku sebagai agamawan atau rohaniwan.

Berkembanglah terus-menerus, karena evolusi adalah hukum alam. Dengan berpegang teguh pada konsep-konsep lama, dogma dan doktrin yang barangkali sudah kadaluarsa, maka kita menciptakan konflik di dalam diri.

Saya pernah bertemu dengan seorang diplomat kita di luar negeri. Ia tidak mau berjabat tangan dengan lawan jenis. Bagaimana bila kepala negara di negeri itu kebetulan lawan jenis? Apa yang akan dilakukannya sebagai pejabat? Apakah ia akan menolak uluran tangan seorang kepala negara? Betapa lemahnya syahwat kita bila berjabat tangan saja dapat membakarnya!

Demikian, sepuluh butir kebijakan yang dipetik dari ajaran Mahatma Gandhi. Beliau bukan seorang nabi, bukan wali, bukan avatar, bukan mesias, bukan buddha, bukan apa-apa.... tetapi seorang mahatma, Sang Jiwa Besar..... Kebesarannya diakui oleh seluruh dunia. Hari kelahirannya telah dideklarasikan sebagai Hari Tanpa-Kekerasan Sedunia (International Day of Non-Violence) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada perayaan pertama hari tersebut tahun lalu (2007), Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan bahwa pesan Mahatma Gandhi semakin relevan. Keterpurukan keadaan dunia saat ini hanya dapat diatasi dengan cara yang digunakan oleh Mahatma - cara Ahimsa, tanpa kekerasan..... Semoga kepercayaan Ban Ki-moon menular kepada kita semua.

0 komentar:

Posting Komentar

komentari boz